TEKNIK-TEKNIK UNTUK MENGATASI NYERI PERSALINAN
1. EFFLEURAGE
a. Definisi Effleurage
Effleurage
berasal dari bahasa perancis yang berarti “Skimming the Surface” makna menurut
bahasa Indonesia artinya “Mengambil buih dipermukaan” (Kennet,1994).
Effleurage merupakan
teknik pijatan dengan menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan
melingkar dibeberapa bagian tubuh atau usapan sepanjang punggung dan
ekstremitas. Effleurage pada abdomen biasanya digunakan dalam metode Lamaze
untuk mengurangi nyeri pada persalinan normal (Kennet, 1994). Effleurage
merupakan salah satu metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri selama
persalinan yang terdaftar dalam Summary
of Pain Relief Measures During Labor, dimana pada kala I fase latent
(pembukaan 0-3 cm) dan fase aktif (pembukaan 4-7 cm) aktifitas yang bias
dilakukan oleh pasien persalinan adalah Effleurage (Reeder, 1992).
Menurut Frainere (1999) Effleurage merupakan aplikasi dari Gate Control Theory. Teknik-teknik yang dapat membantu mekanisme gerbang adalah stimulasi kulit, distraksi dan mengurangi kecemasan (Pilliteri, 1993). Peranan Effleurage digunakan untuk membantu ibu distraksi dan mengurangi nyeri (Cohen,1991).
Beberapa pola
teknik Effleurage tersedia pemilihan pola pemijatan tergantung pada keinginan masing-masing
pemakai dan manfaatnya dalam memberikan kenyamanan (Cohen, 1991). Pola teknik
Effleurage yang bias dilakukan mengurangi nyeri persalinan akibat kontraksi
uterus adalah:
1) Menggunakan
dua tangan
Dengan kedua
telapak jari-jari tangan lakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola
gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simphisis
pubis, arahkan kesamping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke
umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah diatas simphisis pubis
(Pilliteri,1993), bentuk pola gerakannya seperti “Kupu-kupu”.
Gambar
2) Menggunakan
Dua Tangan
Dengan
menggunakan kedua telapak jari-jari tangan lakukan usapan ringan, tegas,
konstan dan lambat dengan membentuk pola “dua buah lingkaran kecil” yang sejajar
oleh masing-masing tangan diatas perut bagian bawah. Usapan tegas dan konstan
dengan stimulasi berkekuatan ringan sampai moderat (Cohen,1991).
Gambar
3) Menggunakan
satu tangan
Dengan
menggunakan ujung-ujung jari tangan lakukan usapan ringan, tegas, konstan dan
lambat dengan membentuk pola gerakan seperti angka “8 telentang” diatas perut
bagian bawah (Cohen, 1991).
Gambar
4) Teknik yang
bisa dilakukan keluarga dan
petugas
1. Melakukan
usapan dengan menggunakan seluruh telapak tangan pada lengan atau kaki dengan
lembut.
2. Melakukan
massage pada wajah dan dagu dengan lambat.
3. Selama
kontraksi berlangsung,lakukan usapan ringan pada bahu dan punggung.
4. Melakukan
gerakan membentuk pola 2 lingkaran dip aha ibu bila tidak dapat dilakukan di
abdomen.
b. Peranan
Teknik Effleurage
Mekanisme
penghambatan nyeri persalinan dengan teknik Effleurage berdasarkan pada konsep Gate Control Theory. Berdasarkan teori
tersebut stimulasi serabut taktil kulit dapat menghambat sinyal nyeri dari area
tubuh yang sama atau area lainnya. Stimulasi serabut taktil kulit dapat
dilakukan dengan beberapa teknik massage,
rubbing,usapan, fibrasi dan obat
olesan analgesic (Kozier,1993).
Selama
kontraksi, impuls nyeri berjalan terus dari uterus sepanjang serabut saraf C
untuk ditransmisikan ke Substansia
Gelatinosa di Spinal Cord untuk
selanjutnya akan disampaikan ke Cortex
Cerebri untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil dengan teknik
Effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat serabut saraf yang
lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A Delta akan menutup gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak menerima pesan
nyeri karena sudah diblokir oleh Counter
stimulasi dengan teknik Effleurage sehingga persepsi nyeri berubah, karena
serabut dipermukaan kulit (Cutaneus)
sebagian besar adalah serabut saraf yang berdiameter luas.
Teknik ini juga
memfasilitasi distraksi dan menurunkan transmisi sensorik stimulasi dari
dinding abdomen sehingga mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit.
Sebagai teknik relaksasi Effleurage mengurangi ketegangan otot (Cohen, 1991).
Meningkatkan sirkulasi area yang sakit dan mencegah terjadina hipokisa (Hellen
Varne, 1986).
PROSEDUR
TINDAKAN STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE
1) Atur posisi
tidur ibu dengan posisi tidur terlentang rileks dengan menggunakan satu atau
dua bantal, kaki diregangkan 10 cm dengan kedua lutut fleksi dengan membentuk
sudut 45 derajat.
2) Pada waktu
timbulnya kontraksi:
- Kaji respon
fisiologis dan respon psikososial
- Kaji dan
tanakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri.
3) Pada waktu
timbul kontraksi berikutnya:
- Letakkan kedua
telapak ujung-ujung jari tangan diatas simphisis
pubis
- Bersama
inspirasi pelan, usapkan kedua ujung-ujung jari tangan dengan tekanan yang
ringan, tegas dan konstan ke samping abdomen, mengelilingi samping abdomen
menuju kea rah fundus uteri.
- Setelah sampai
fundus uteri seiring dengan ekspirasi pelan-pelan usapkan kedua ujung-ujung
jari tangan tersebut menuju perut bagian bawah diatas simphisis pubis melalui umbilicus.
- Lakukan
gerakan ini berulang-ulang selama ada kontraksi.
4) Sesudah
dilakukan perlakuan
- Kaji respon
fisiologis dan psikologis ibu
- Tanyakan
kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri.
2. KOMPRES
MENGGUNAKAN ES
1. Pengertian
Kompres Menggunakan Es
Pengertian
kompres menggunakan es menurut Bouwhuizen (1996) adalah suatu metode dalam
penggunaan suhu rendah setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek
fisiologis. Kompres menggunakan es dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan
bengkak yang local, serta dapat memberikan efek anestesi, dimana hilangnya
sensasi termasuk sakit, sentuhan dan persepsi temperature (Gabriel, F.J, 1998).
2. Pengaruh
Kompres Menggunakan Es
Menurut
Carpenito (1995) efek terapiutik dari kompres menggunakan es meliputi:
a. Menurunkan
diameter konduksi saraf sehingga menurunkan persepsi nyeri
b. Mengurangi
respon peradangan pada jaringan
c. Mengurangi
aliran darah
d. Mengurangi
odem
e. Efek lain
dari kompres menggunakan es adalah memberikan perasaan nyaman sementara
terhadap nyeri (Kozier,dkk,1995).
f. Pengaruh es
dipercaya dapat menyebabkan anestesi local dengan mengurangi atau menurunkan
kecepatan hantaran dari reseptor nyeri yang memberi perasaan nyaman terhadap
nyeri (Black, M.J, 1997).
3. Tujuan
Kompres Menggunakan Es
a. Menurunkan
suhu
b. Mencegah
perluasan infeksi
c. Mengurangi
perasaan yang dalam dan memberikan rasa nyaman
d. Menghentikan
perdarahan.
4. Metode
Kompres Menggunakan Es
a. Ke dalam
sebuah kantung es kita masukkkan sebuah bongkahan es yang berukuran
kecil-kecil.
b. Kompres
menggunakan es dilakukan didekat lokasi nyeri, disisi tubuh yang berlawanan
tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri, atau dilokasi yang terletak antara otak
dan lokasi nyeri.
c. Pemberian
kompres menggunakan es dapat dilakukan dalam waktu < 5 menit, 5-10 menit dan
20-30 menit (Potter & Perry, 2005).
5. Hal-hal yang
Perlu diperhatikan dalam memberikan kompres menggunakan es
a. Perhatikan
kulit pasien, kalau kulit pasien berwarna merah jambu masih bias dilakukan
pengompresan, tetapi kalau kulit pasien berwarna merah gelap metode ini tidak
dapat dilakukan (Bouwheizen, 1996).
b. Pemberian
metode ini tidak diberikan kepada pasien nyeri yang mempunyai alergi dingin
(Leo, M.J. 1990).
6. Pengaruh
Kompres menggunakan es terhadap nyeri
Secara
fisiologis pada dasarnya teori “ Gate
Control” oleh Melzack dan Wall (1965) menjelaskan bagaimana impuls rasa
sakit/ nyeri termodulasi dimana aliran impuls rasa nyeri aferen dapat dihambat
atau diteruskan dalam subtansia
gelatinosa di spinal cord atau nucleus sehingga impuls yang menimbulkan
berbagai sensasi dapat ditransmisikan bersama, dimodifikasikan dan dihambat.
Teori Gate Control menyatakan bahwa
sel-sel perantara berfungsi sebagai pintu gerbang dan tiap sel transmisi dan
biasanya akan menghambat aktivitas sel-sel perantara dipengaruhi oleh
keseimbangan antara impuls aferen dan yang dibawa pada akson serabut A dan B
yang tebal dan bermyelin dengan serabut yang tipis tidak bermyelin yang
berkonduksi lambat. Serabut A dan B menstransmisikan impuls yang membawa
sensasi umum dan bersifat sebagai penghambat, sedangkan serabut C
menstransmisikan impuls yang berhubungan dengan rasa sakit dan menghilangkan
efek hambatan dari sel-sel perantara. Di sini dianggap bahwa pintu gerbang juga
dipengaruhi oleh serabut desenden pada system aktivitas retikuler dan bahwa ini
merupakan mekanisme dimana masukan sensorik alternative dapat menurunkan atau
menghilangkan persepsi rasa sakit (Howe, C.G. 1997).