LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
š Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi yang mana pada setiap bayi berbeda-beda, bila bilirubin tidak dikendalikan maka akan menjurus terjadinya kernicterus.
š Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum yaitu ≥ 13 mg/dL2
š Peningkatan kadar bilirubin serum bisa berupa peningkatan kadar bilirubin :
- bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated bilirubin) disebut juga bilirubin indirect disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin, penurunan ambilan bilirubin oleh sel hati dan gangguan konjugasi.
- Bilirubin terkonjugasi (conjugated bilirubin) disebut juga bilirubin direct disebabkan oleh gangguan sekresi intrahepatik dan gangguan ekskresi ekstrahepatik.
š Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1988)
š Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joundice pada sklera mata, kulit, membran mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G. 1988)
š Ikterus adalah gambaran klinis gambaran klinis berupa perwarnaan kuning pada kulit, mukosa, sklera, selaput lendir dan organ lain akibat penunmpukan bilirubin, secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih dari 5 mg/dL2
B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
A. ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi yang baru lahir karena :
Hemolosis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
Fungsi hepar yang belum sempurna ( jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) → penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim β Glukoronidase di usus dan belum ada nutrien.
Penyebab Hiperbilirubin pada neonatal :
1. Overproduksi
a) Kelainan hemolitik
Inkompatibilitas darah fetomaternal; ABO, Rh, dan lain-lain.
Hemolisis karena genetik
- Sferositosis herediter,
- Defek enzim- G6PD, Piruvat kinase, dll.
- Hemoglobinopati – α- thalasemia, β-δ- thalasemia , dll
- Galaktosemia
Hemolisis karena induksi obat- vitamin K.
b) Darah ekstravaskular-petekie, hematoma, perdarahan pulmonal dan cerebral, menelan darah.
c) Polisitemia
Hipoksia fetal kronik
Tranfusi maternal- fetal atau fetofetal
Tranffusi plasenta ( cord stipping)
d) Sirkulasi enterohepatik yang berlebihan
Obstruksi mekanik → Atresia dan stenosis, penyakit hischsprung, ileus mekonium, sindrom sumbatan mekonium
Penurunan peristaltis → Puasa atau kurang makan, obat-obatan (hexamethoniums, atropin), stenosis pilorus
2. Sekresi Subnormal
a) Penurunan ambilan bilirubin hepatik
Pirai duktus venosus persisten
Protein reseptor sitosol (y) dihambat oleh → obat-obatan, penghambat susu manusia abnormal
b) Penurunan konjugasi bilirubin
Reduksi kongenital aktivitas glukuronil transferase → Ikterus familial non hemolitik ( tipe 1 dan 2), sindrom gilbert
Inhibitor enzim → obat dan hormon – novobiocin, pregnanediol, galaktosemia (awal), sindromm lucey-drisscoll, susu manusia abnormal
c) Gangguan transport bilirubin terkonjugasi keluar hepatosit
Defek transpor konginetal-sindrom dubin johnson dan rotor
Kerusakan hepatoseluler karena kelainan metabolik → galaktosemia (terlambat), defisiensi α-1 antritypsin, tirosinemia, hipermetioninemia, intoleransi fruktosa herediter
Obstruksi toksik(alimentasi IV)
d) Obstruksi aliran empedu
Atresia bilier, kista koledokal, fibrosis kistik, obstruksi ekstrinsik ( tumor atau perekatan)
3. Campuran
a) Infeksi prenatal → toksoplasmosis, rubela, Cytomegalovirus (CMV), herpes virus hominis, sifilis, hepatitis. Dll.
b) Infeksi post natal (sepsis)
c) Kelainan multisistem → prematuritas ± sindrom distress respirasi (SDR), bayi ibu diabetes, eritroblastosis berat.
B. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko untuk timbulnya ikterus nenonatarum :
Faktor Maternal
- Ras atau kelompok etnik tertentu (asia, Native American, Yunani)
- Komplikasi kehamilan (DABO dan Rh)
Penggunaan infus oksitosin dalm larutan hipotonik
- Asi
Faktor perinatal
- lahir(sefalhematom,ekimosis)
- Trauma Infeksi(bakteri,virus,protozoa)
Faktor Neonatus
- Premturitas
- Faktor genetik
- Polisitemia
- Obat(streptomycin,kloramfenikol,benzyl-alkohol,sulfixoazol)
- Rendahnya asupan ASI
- Hipoglikemia
- Hipoalbuminemia
3. KLASIFIKASI
- Ikterus prehepatik disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
- Ikterus hepatic disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
- Ikterus kolestatik disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehinga empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didapatkan urobilinogen dalam tinja dan urin.
- Ikterus Neonatus Fisiologis terjadi pada 2 – 4 hari setelah bayi lahir dan akan sembuh pada hari ke 7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
- Ikterus Neonatus Patologis karena faktor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tak bertambah.
Menurut HTA Indonesia (2004) Klasifikasi Ikterus adalah sebagai berikut :
1. Ikterus Fisiologis
Secara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum,namun kurang12 mg/dl pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: Kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncakpada hari ketiga sampai kelima kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir.Kadang dapat muncul peningkatan kadar billirubin sampai 12 mg/dL dengan billirubin terkonjugasi < 2 mg/dL.
2. Ikterus pada bayi mendapat ASI(Breast milk jaundice)
Pada sebagian bayi yang mandapat ASI eksklusif,dapat terjadi ikterus yang berkepanjangan.Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin diusus halus.Bila tidak ditemukan faktor resiko lain ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.Apabila keadaan umum bayi baik ,aktif,minum kuat,tidak ada tatalaksana khusus meskipun ada peningkatan kadar billirubin.
-
C. PATOFISIOLOGI
Bertambahnya beban hepar mengakibatkan pengahancuran yang meningkat sehingga menimbulkan ketidakcocokan pada Rh dan golongan A,B,O. Gangguan konjugasi, juga akan menurunkan glucoronil trasaferasi, hepatitis neonatus dan obstruksi bilier. Dengan demikian mengakibatkan bilirubin tak terkonjugasi, kadar bilirubin dalam plasma meningkat sehingga terjadi difusi pada jaringan dan terlihat kuning.
Billirubin pada neonatus meningkat akibat terjabinya pemecahan eritrosit. Billirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam,dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan turun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan, penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, Hipoksia, Hipoglikemia.
D. MANIFESTASI KLINIS
Kulit berwarna kuning sampai dengan jingga
Pasien tampak lemah
Nafsu makan berkurang
Reflek hisap kurang
Urine pekat
Perut buncit
Pembesaran lien dan hati
Gangguan neurologik
Feses seperti dempul
Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
Gejala klinis Ensefalopati Billirubin:
1) Gejala Akut
- Letargi
- Tidak mau minum
- Hipotermi
2) Gejala Kronik
- Hipertonus
- Epistotonus
Bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralise serebral dengan atetosis ,gangguan pendengaran,paralisis sebagian otot mata dan displasia dentalis.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis untuk hiper billirubinemia adalah sebagai berikut:
Visual
- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bias terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan yang kurang.
- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna dibawah kulit dan jaringan subkutan.
- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning.Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan , tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digoongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.
Bilirubin serum
Beberapa hal yang perlu dipertimbangan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatakn morbiditas neonatus.Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total. Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total >20 mg/dL atau usia bayi >2 minggu.
Bilirubinometer transkutan
Umumnya pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum > 14,4 mg/dL (249 umol/l).
Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak . Hal ini dapat menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrsi bilirubin yang rendah .
© Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
© Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestasis intra hepatic dengan ekstra hepatik.
© Biopsi hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa teutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, sirosis hati, hepatoma.
© Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
© Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
F. KOMPLIKASI
v Retardasi mental
v Gangguan pendengaran dan penglihatan
v Kematian
G. PENATALAKSANAAN
v Tindakan umum
- Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dll pada waktu hamil
- Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil, atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
- Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.
- Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawa.
v Tindakan khusus
- Pemberian fenobarbital ® mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini tidak efektif karena dapat menyebabakan gangguan metabolik dan pernafasan baik pada ibu dan bayi.
- Memberi substrat yang kurang untuk transportasi / konjugasi ® misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan tranfusi tukar.
- Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ® untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat.
- Terapi tranfusi tukar® digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi, bila kadar haemoglobin < 13 g/dL (hemaktokrit < 40 %) dan tes coombs positif segera rujuk bayi. Bila belerubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin <13 g/dL(HT <40%)
- Terapi obat – obatan ® misalnya obat phenobarbital/luminal untuk meningkatkan peningkatan bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.
- Menyusui bayi dengan ASI
- Terapi sinar matahari
- Berikan tranfusi darah bila hemoglobin < 10 g/dL (memaktokrit , 30 %)
- Bila ikterus menetap selama 2 minggu Tu lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir , 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)
- Foolow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (Hemaktokit <24 %), berikan transfusi darah.
v Tindak lanjut
Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa.
H. PENCEGAHAN
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
- Nasehati Ibu :
Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal inin karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya.
Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zzat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi(contoh : obat anti malaria, obat-obatan golongan sulfa, aspirin,dll)
- pengawasan antenatal yang baik
- menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan dan kelahiran, contoh : Sulfaforazol, Novobiosin, oksitosin.
- Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
- Penggunaan fenobarbital pada ibu 1 – 2 hari sebelum partus.
- Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir.
- Pemberian makanan yang dini.
- Pencegahan infeksi.
PATHWAY KEPERAWATAN
Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjugasi bilirubin / gangguan transport bilirubin / peningkatan siklus entero hepatik )
Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
Hepar tidak dapat melakukan konjugasi
Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah pengeluaran meconium terlambat/ obstruksi usus tinja berwarna pucat
Gangguan integritas kulit
Ikhterus pada schlera leher dan badan,
peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dl
Indikasi fototerapi
Resiko tinggi injury
Hipertermi
Sinar dengan intensitas tinggi
Pemecahan bilirubin meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus
Gerakan peristaltik usus meningkat
Diare
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
BAYI HIPERBILIRUBIN
A. PENGKAJIAN
š Wawancara
a. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Polisistemia,infeksi,hematoma,gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.
b. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dap at
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
c. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.
d. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit bayi tampak kuning.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati ( hepatitis )
f. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
g. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua pada bayi yang ikterus
š Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi, hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh ( hipo / hipertemi ). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas, sclera mata kuning ( kadang – kadang terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan feses.
š Laboratorium
Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5 mg\dl,prematur lebih dari 15 mg\dl.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototerapi.
Potensial ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan tranfusi tukar
Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan ikterus dan diare
Diare berhubungan dengan efek fototerapi
Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas (efek fototerapi), dehidrasi
C. INTERVENSI
Dx 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami komplikasi atau cedera karena fototerapi.
NOC : Safety Status : Physical Injury.
KH :
Tidak ada iritasi mata.
Tidak ada tanda – tanda dehidrasi.
Suhu stabil
Tidak terjadi kerusakan kulit
NIC : Phototerapi : Neonatus.
Letakkan bayi dekat sumber cahaya.
Tutup mata dengan kain yang dapat menyerap cahaya dan dapat memproteksi mata dari sumber cahaya.
Matikan lampu dan buka penutup mata bayi setiap 8 jam, lakukan inspeksi warna sklera.
Pada waktu menutup mata bayi, pastikan bahwa penutup tidak menutupi hidung.
Buka penutup mata waktu memberi makan bayi.
Ajak bicara bayi selama perawatan.
Dx2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara dalam batas normal
NOC : Fluid balance
KH: 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab, tidak ada tasa haus yang berlebihan
NIC : fluid Management
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor vitall sign dan status hidrasi
3. Monitor status nutrisi dan dorong masukan oral, berikan minum dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau haluaran dan turgor kulit.
4. Kolaborasikan pemberian cairan intravena
5. Atur kemungkinan transfusi
6. Kolaborasi dengan Dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
Dx 3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit baik/utuh
NOC : Pressure Management
KH :
Suhu dalam rentang yang diharapkan ( 36 – 37 C )
Hidrasi dalam batas normal.
Elastisitas dalam batas normal.
Keutuhan kulit.
Pigmentasi dalam batas normal
NIC : Pengawasan Kulit
Anjurkan pasien untuk menggunkan pakaian yang longgar
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering,catat warna kondisi kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan
Monitor kulit adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak atau baby oil pada daerah yang tertekan
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Pantau area bokong dan feses
Dx 4
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan diare berhenti atau sembuh.
NOC :Bowel elimination
Feses berbentuk BAB sehari sekali sampai tiga kali
Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
Tidak mengalami diare
Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
Mempertahankan turgor kulit
NIC : Diarhea Management
Identifikasi faktor penyebab diare, ukur diare atau keluaran BAB
Evaluasi intake makanan yang masuk
Observasi turgor kulit secara rutin
Berikan minum dengan frekuensi sering
Instruksikan pada keluarga agar pasien makan rendah serat,tinggi protein dan tinngi kalori jika memungkinkan
Monitor persiapan makanan yang aman
Dx 5
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama proses keperawatan diharapkan suhu badan pasien turun(normal)
NOC : Thermolegulation
Suhu tubuh dalam rentang normal
Tak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Nadi dan RR dalam rentang normal
NIC ; Fever treatment
Monitur suhu sesering mungkin minimal 2 jam sekali
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor TD, nadi, dan RR
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Kompres pasien dengan air hangat pada daerah lipat paha, dan aksila.
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, usahakan jangan terlalu tebal.
Berikan antipiretik jika perlu.
D. EVALUASI
Resiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototerapi.
Skala penilaian:
Ekstrem
Berat
Sedang
Ringan
Tidak ada gangguan
II. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan tranfusi tukar.
Skala Penilaian :
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
III. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan diare.
Skala penilaian:
Ekstrem
Berat
Sedang
Ringan
Tidak ada gangguan
IV. Diare berhubungan dengan efek fototerapi.
Skala penilaian:
Ekstrem
Berat
Sedang
Ringan
Tidak ada gangguan
V. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas (efek fototerapi), dehidrasi.
Skala Penilaian :
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
http://klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubenia.html
Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak, Buku I. FKUI : Jakarta.
Soeparman.1987.Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Ke 2.Jakarta : FKUI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI.
Surasmi, Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta : EGC.
Goji Berries... yes... I tried those too.for my health conditions, Those sweet, red berries seemed to help, but only during the time when I consumed them. I don't want to take a drug for the rest of my life, so why would I want to take a natural supplement everyday for the rest of my life (although Goji berries are very tasty and are highly nourishing). To me this was not a cure either (and I'm LOOKING for the CURE).
BalasHapusUp to that point, I hadn't found a cure. I felt like a young jumbled mess. I continued to have extreme pain, but continued on my path to healing. I started to focus on myself and not everyone else. When I was a young adult, I took on too much responsibility out of a sense of obligation. This was no longer healthy for me, so I resigned from all my projects and groups. Those days to come were the best [and worst] days. I took a lot of time off work, yet begun to feel so extremely exhausted. Many health professionals "diagnosed" me with adrenal fatigue & Hiv,Prostate Cancer so my situation was annoying then I keep searching for permanent cure online that's when I came to know of Dr Itua herbal center hands whom god has blessed with ancestral herbs and a gift to heal people with disease like .Cancers,Alzheimer's disease,HPV,Men & Women Infertility,Melanoma, Mesothelioma, Diabetes, Multiple myeloma, Parkinson's disease,Neuroendocrine tumors,Herpes, Hiv/Aids,Non-Hodgkin's lymphoma,, chronic diarrhea, COPD,Love spell, Hepatitis... So I made a purchase of his herbal medicines and I have been watching my health for 6 years now and I actually confirmed that his herbal medicines are a permanent cure and I'm so happy that I came to know of his herbal healings.You can contact Dr Itua herbal center Email: drituaherbalcenter@gmail.com WhatsApp: +2348149277967. if you went through exactly what I go through in terms of health conditions because really honest there is more to learn about natural herbs than medical drugs.