Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Mola Hidatidosa
Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal,
dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus.
Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus
itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal
di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan
hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik,
hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan
anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal
dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi
dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C.
Mary, 1995 : 104)
Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah
- Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.
- Imunoselektif dari tropoblast
- Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
- Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
(Mochtar, Rustam ,1998 :
23)
Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika
tidak ditemukan janin
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial),
jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan
peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan
memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan
ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi
bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke
lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada
klien dengan ”mola hidatidosa” adalah :
1)
Amenore dan tanda-tanda kehamilan
2) Perdarahan
pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola.
3) Pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
4) Tidak terabanya bagian janin pada
palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)
Anatomi Fisiologi
Anatomi Uterus adalah organ yang tebal,
berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara
kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang
melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian
besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya
dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas
kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba
uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan
peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang
uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164).
Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :
a). Fundus : bagian
lambung di atas muara tuba uterine
b). Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks
c). Isthmus : terletak antara badan dan serviks
Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga
serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut
interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna.
Ligamentum pada uterus : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan
melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen
panjangnya 10 – 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh
darah dan ditutupi peritoneum.Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung
kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang,
peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai
fornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk
ruang retri-vaginal.
Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang
menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk
ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian
posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus
maupun ovarium.
Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi
selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan
melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba
uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus
bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan
membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa
fetus.Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang
sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali
perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit
trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi
keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa
degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang
disebut ”mola hidatidosa”. Pada ummnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi
baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi
keganasan yang berupa karsinoma.(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)
Tes Diagnostika.
1)
Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG
darah atau urin
2) Uji
Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara
Acosta-Sison)
3)
Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 –
4 buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake
pattern) dan tidak terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli
udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk,
2001 : 266)
Penatalaksanaan Medik
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola
hidatidosa adalah :
1. Diagnosis dini akan menguntungkan
prognosis
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus
pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau
spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian
uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement)
atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta
Sisson
3.
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid,
perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga
minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa
penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :
Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan
efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan
dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah
tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani
komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L
praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau
invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara
klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy
apabila ingin menghentikan fertilisasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam
pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara
sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi
hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan
atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan
keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan
secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang
perlu dikaji adalah :
Ø Biodata : mengkaji
identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan
dan alamat
Ø Keluhan utama : Kaji
adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Ø Riwayat kesehatan ,
yang terdiri atas :
1)
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2)
Riwayat kesehatan masa lalu
Ø Riwayat pembedahan :
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan
, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Ø Riwayat penyakit yang pernah
dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya
DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya.
Ø Riwayat kesehatan keluarga
: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
Ø Riwayat kesehatan reproduksi
: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
Ø Riwayat kehamilan , persalinan
dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Ø Riwayat seksual : Kaji
mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
Ø Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
Ø Pola aktivitas sehari-hari
: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik,
meliputi :
Inspeksi
adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah
menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
ü Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
ü Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
ü Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ
atau jaringan yang ada dibawahnya.
ü Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
ü Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
ü Darah dan urine serta pemeriksaan
penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
ü Keluarga berencana : Kaji mengenai
pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain :
ü Kaji mengenai perawatan dan pengobatan
yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.
ü Kaji orang terdekat dengan klien,
bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien
dan mekanisme koping yang digunakan.
ü Status sosio-ekonomi : Kaji masalah
finansial klien
ü Data spiritual : Kaji tentang keyakinan
klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul
Secara singkat diagnosa keperawatan dapat
diartikan : Sebagai rumusan atau keputusan atau keputusan yang diambil sebagai
hasil dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
digambarkan sebagai respon seseorang atau kelompok (keadan kesehatan yang
merupakan keadaan aktual maupun potensial) dimana perawat secara legal
mengidentifikasi, menetapkan intervensi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
atau menurunkan. (Carpenito, Lynda, 2001: 45)
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus ”mola hidatidosa”
adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
adanya nyeri
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah
7. Risiko terjadi infeksi berhubungan
dengan tindakan kuretase
8. Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya
perdarahan
Intervensi
Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan Tujuan :
1. Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan
tenaga kesehatan lain
2. Meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan
Langkah-langkah penyusunan :
1. Menetapkan prioritas masalah
2. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
3. Menentukan rencana tindakan keperawatan
DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
ü Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
ü Ekspresi wajah tenang
ü TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala
nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan
nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien
3) Anjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa
sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri
sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan
4) Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan
penekanan pada area luka/nyeri
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor
nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan
DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan
menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
ü Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
ü Klien nampak rapi dan bersih
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi
rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat
kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat
klien ketergantungan pada perawat
3) Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien
untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam
memenuhi kebutuhannya
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu
berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi secara mandiri
DIAGNOSA III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan
mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil :
ü Klien dapat tidur 7-8 jam per hari
ü Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
1) Kaji pola tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan
memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat
3) Anjurkan klien minum susu hangat
sebelum tidur
Rasional
:Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
4) Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka
kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat
5) Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat
6) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot
sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur
DIAGNOSA IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan
menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
ü Tanda-tanda vital dalam batas normal
ü Klien tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
1) Pantau suhu klien, perhatikan
menggigil/diaforesis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya
proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa
2) Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan,
suhu harus mendekati normal
3) Anjurkan untuk minum air hangat dalam
jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu
menurunkan demam
4) Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu
penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh
5) Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
pada hipothalamus
DIAGNOSA V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan
menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
ü Ekspresi wajah tenang
ü Klien tidak sering bertanya tentang
penyakitnya
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut
mengganggu klien
2) Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega
sehingga mengurangi kecemasan
3) Mendengarkan keluhan klien dengan
empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara
empati maka klien akan merasa diperhatikan
4) Jelaskan pada klien tentang proses
penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu
dan mengerti tentang penyakitnya
5) Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan
dapat berkurang
DIAGNOSA VI
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Klien akan
mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
ü Nafsu makan meningkat
ü Porsi makan dihabiskan
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi klien
Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana
selanjutnya
2) Anjurkan makan sedikit demi sedikit
tapi sering
Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu
membantu untuk meminimalkan anoreksia
3) Anjurkan untuk makan makanan dalam
keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat
menbangkitkan nafsu makan klien
4) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan
mengubah pemberian nutrisi
5) Tingkatkan kenyamanan lingkungan
termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan
yang disukai klien
Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat
atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan
DIAGNOSA VII
Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
Tujuan : Klien akan
terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil :
ü Tidak tampak tanda-tanda infeksi
ü Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses
infeksi
2) Observasi vital sign
Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator
dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh
3) Observasi daerah kulit yang mengalami
kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus,
kateter)
Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan
untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya
4) Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat antibiotik
Rasional
: Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi
tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel
bakteri penyebab infeks.
DIAGNOSA VIII
Risiko terjadinya gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan
gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi
Kriteria Hasil :
ü Hb dalam batas normal (12-14 g%)
ü Turgor kulit baik
ü Vital sign dalam batas normal
ü Tidak ada mual muntah
Intervensi :
1)
Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku
Rasional
:Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan intervensi selanjutnya
2)
Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
Rasional
: Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat
tekanan darah arterial
3)
Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan
nadi perifer lemah
Rasional
:Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan
dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin
4) Berikan cairan intravena, produk darah
Rasional : Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan
volume sirkulasi
5) Penatalaksanaan pemberian obat
antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet
Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat
terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC,
Jakarta
Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar
Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta